Sabtu, 12 Februari 2011

MEUBEL WARGA DESA WONOLELO MASUK PASAR DUNIA

Ilustrasi
Bantul–Saat ini, industri kecil mulai banyak berkembang di Desa Wonolelo. Dengan melimpahnya Sumber Daya Alam di lingkungan sekitar dan didukung dengan adanya Sumber Daya Manusia yang mencukupi lingkungan Desa Wonolelo mulai menatap perekonomian yang lebih
baik dengan semakin berkembangnya kegiatan industri, baik industri kecil maupun industri rumah tangga.
Salah satu industri yang diminati warga Desa Wonolelo adalah industri meubel, industri ini menjadi pilihan oleh beberapa warga dikarenakan dapat dilakukan dengan skala kecil maupun skala besar dan bahan baku yang dibutuhkan dapat dengan mudah diperoleh. Hal ini terbukti dengan terdapatnya industri meubel di setiap dusun di Desa Wonolelo.
Menurut Riwan, peluang untuk menjalankan bisnis ini masih dinilai terbuka lebar walaupun tingkat persaingannya tinggi. Karena alasan inilah pada tahun 2007 Ridwan yang pada awalnya hanya menjadi buruh industri meubel ini berani mengambil sikap untuk mendirikan industri meubel sendiri di rumah, tepatnya di Dusun Ploso Desa Wonolelo.
Dengan berbekal pengalaman yang dimiliki, Ridwan membuka usaha meubel sendiri dengan modal awal sebesar 20 juta secara bertahap dari pengumpulan hasil kerjanya sendiri. Sedangkan untuk pengadaan bahan baku dilakukan dengan cara membeli pada para penjual kayu di lingkungan sekitar.
Dalam proses pengerjaan Ridwan saat ini dibantu oleh dua orang karyawan, akan tetapi jumlah karyawan sewaktu-waktu dapat ditambah untuk mengejar target jika banyak pesanan yang datang..
Dalam menjalankan sebuah usaha, tentunya ada hambatan-hambatan yang menghadang. Sebelum krisis global terjadi, industri meubel Ridwan mampu menembus pasaran internasional. Beberapa negara yang pernah “disinggahi” hasil industri meubel Ridwan diantaranya adalah Amerika Serikat, Perancis, dan Gabon (Afrika). beberapa hasil industri meubel yang dipesan biasanya adalah meja dan kursi dari bahan dasar kayu Jati, Mahogani, dan Akasia.
Terjadinya krisis global pada tahun 2008 mengakibatkan kelesuan pangsa pasar, hal ini juga dirasakan oleh Ridwan selaku pengusaha yang mempunyai konsumen di luar negeri. Akibat krisis tersebut, saat ini Ridwan tidak dapat mengeksport hasil produksi meubelnya. Sehingga hanya pasaran lokal saja yang masih dapat dijangkau. Untuk pasar lokal saat ini jenis kayu yang dipakai adalah kayu jati, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan jenis kayu yang lain, tergantung pada pemesanan.
Selain lesunya pasar internasional akibat efek dari krisis global, faktor kekurangan modal juga mengakibatkan sulit berkembangnya usaha yang dilakukannya. Akan tetapi, walau tergolong industri kecil, pendapatan kotor yang diperoleh oleh Ridwan dalam menggeluti usaha meubelnya mampu mencapai 10 juta per bulan. Dengan pendapatan tersebut Ridwan sudah dapat membeli bahan baku sendiri, menggaji 2 karyawannya, dan tentunya sudah cukup untuk menghidupi ekonomi rumah tangganya.

Sumber: Ridwan, Owner of Furniture Industry, Ploso, Wonolelo.
Post By: Kitadhokoesoemo

3 komentar:

Postingan Unggulan

Home Industri Rambak Kulit Cap Janur

Pak Bardi (IJW Doc). IJW-Sabtu (7/8/2021) penulis berkesempatan mengunjungi rumah Pak Bardi, pelaku home industri atau pelaku usaha rumahan ...