r |
Aktifitas anggota Vidkom Wonolelo dalam pembuatan film. (ndo.img). |
Bantul-Sulitnya mengakses informasi menjadi salah satu kendala berkembangnya masyarakat, hal ini menjadikan masyarakat menjadi lamban dalam mengembangkan potensi yang ada di daerahnya. Potensi yang melimpah tidak akan dapat dioleh dengan maksimal jika pengetahuan ataupun informasi sangat kurang, sehingga potensi-potensi yang ada, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia tidak dapat dimaksimalkan.
Desa Wonolelo merupakan salah satu desa yang terletak di daerah terpencil dan jauh dari keramaian kota, sehingga akses akan informasi masih terlalu sulit. Hal ini berimbas pada tingkat perkembangan desa, baik dari segi pembangunan, pengetahuan, maupun akses informasi penting lainnya. Masalah inilah yang menjadikan warga Desa Wonolelo sampai saat ini masih tertinggal dengan desa-desa yang lain. Dari segi potensi, Desa Wonolelo memiliki potensi yang luar biasa. Bentangan alam yang luas berpotensi untuk diberdayakan untuk meningkatkan ekonomi warga sekitar.
Menyadari akan arti pentingnya informasi bagi warga, sekelompok pemuda sepakat untuk mendirikan sebuah komunitas yang bertujuan mencerdaskan warga. Akan tetapi, dalam segi penyampaian dilakukan dengan cara yang berbeda, yang cenderung lebih mudah untuk diterima oleh masyarakat.
Berdiri pada tanggal Desember 2010, Video Komunitas Desa Wonolelo mencoba untuk memberikan edukasi kepada warganya. Dengan media video yang notabene lebih mudah diterima dan dipahami, komunitas ini berusaha menyibak tabir yang tersembunyi dibalik luasnya wilayah Desa Wonolelo yang kemudian dikemas dalam bentuk audio visual dan selanjutnya dipertontonkan kepada warga.
Tahap awal, komunitas ini telah berhasil memproduksi sebuah film yang berjudul “The-Lethonk”, sebuah film yang membahas tentang potensi kotoran sapi. Dalam film ini dijelaskan jika kotoran ternak sapi dikelola dengan baik maka dapat lebih bermanfaat bagi kehidupan, terutama bagi warga yang bekerja sebagai petani. Sebagai contohnya adalah pengolahan kotoran sapi menjadi bio gas atau menjadi pupuk organik. Dengan pengelolaan yang baik maka kotoran sapi pun lebih dapat termanfaatkan lagi. Selain itu, dengan pengelolaan limbah yang baik tentunya akan menjauhkan warga dari bencana sosial.
Peralatan yang digunakan pun tergolong sederhana, bahkan cenderung apa adanya. Filosofinya adalah “dengan perangkat minimalis dapat menghasilkan produk yang maksimal”. Jadi tidak cenderung ngoyoworo alias memaksakan diri untuk membeli perlengkapan ini itu. Bahkan media pendukung untuk pembuatan film anggota Vidkom Wonolelo membuat sendiri, kecuali alat-alat yang memang harus membeli untuk pengadaannya.
Dengan adanya media tersebut, warga mengakui lebih mudah dalam menerima informasi yang disampaikan. Selain itu, warga juga berpendapat bahwa informasi yang diberikan sangat bermanfaat bagi mereka yang rata-rata berprofesi sebagai petani dan peternak.
“Filmnya bagus, mudah diterima dan nggak susah-susah mikir. Dengan media video seperti ini bisa mempermudah kami untuk memahami informasi yang disampaikan, pokoknya maju terus Vidkom Wonolelo. Saya tunggu film selanjutnya” ungkap Mbah Yono dengan penuh semangat setelah selesai menonton film “The-Lethonk” di aula balai Desa Wonolelo. (Red)
Maju terus Wonolelo, tebarkan semangatmu...
BalasHapusSiaaap...maturtenkyu supportnya
HapusOpo-opo kok diayahi...Lanjutken...
BalasHapusSoale nek dimamahi ndak dadi lembut...😂
Hapus