Kamis, 17 Februari 2011

Pulang Study, Lutfi Praktek Perkebunan Organik

Area perkebunan organik milik Lutfi
Bantul-Saat ini remaja cenderung tidak memperhatikan bahkan mungkin banyak yang tidak tertarik dengan pertanian. Mendengar kata “pertanian” saja mereka mungkin cuek, bahkan mungkin cenderung jijik. Dalam pandangan remaja saat ini mungkin pertanian dinilai sebagai sebuah lahan yang kurang menguntungkan untuk bekerja, tidak gaul.
Ya, karena yang namanya petani harus selalu bergelut dengan tanah, berkotor-kotor ria. Remaja saat ini cenderung lebih suka menghabiskan waktu untuk bersenang-senang tanpa memikirkan bahwa esok mungkin dunianya tidak akan berjalan seperti saat ini.

Lain halnya dengan apa yang dilakukan oleh Lutfi Amani, remaja lulusan SMA ini malah semakin keranjingan dengan dunia pertanian. Tepatnya pada tahun 2010 Lutfi menuntut ilmu pertanian di Yayasan Karang Widya, Cianjur, Jabar. Lutfi menempuh pendidikan di sana sekitar lima bulan lamanya, dia mendalami ilmu pertanian yang fokus pada pertanian organik.
Saat ini Lutfi sedang mengaplikasikan hasil belajarnya dengan membuat perkebunan sayur mayur di pekarangan rumahnya, tepatnya di Dusun Ploso Wonolelo dengan menggunakan pupuk organik yang diracik sendiri. Selain itu, Lutfi yang sekarang menjadi fasilitator pembuatan pupuk organik cair, padat, dan pengurai di daerah Magelang ini ingin memberikan contoh kepada warga tentang pemanfaatan pupuk organik yang bahan bakunya melimpah. Lahan seluas 250 m persegi tersebut ditanami beraneka sayur-mayur, mulai dari kacang panjang, bayam merah, bayam hijau, sawi, kangkung, dan lain sebagainya. Pemanfaatan pekarangan ini dimulai sejak dua bulan yang lalu, tepatnya pada bulan Desember 2010. Proses pengerjaannya dilakukan bersama dengan adik iparnya, zainudin.
Alasan Lutfi menggunakan pupuk organik adalah hemat dari segi biaya, rasa lebih enak, dan tentu saja lebih sehat karena tidak ada kandungan kimianya. Alasan lain yang menarik yaitu dengan menggunakan pupuk organik mewujudkan “perdamaian” dengan alam, karena pupuk organik cenderung memperbarui kandungan zat hara dalam tanah. Berbeda dengan pupuk kimia yang cenderung “memerangi” kandungan zat dalam tanah. Hmmm, masuk akal kan?
Dalam pengelolaannya, saat ini ada beberapa kendala yang didapati. Pengadaan benih, kondisi tanah yang belum stabil dikarenakan lahan masih baru (masih dalam proses peralihan), serta cuaca yang tidak menentu menjadikan penghalang dalam upayanya mengelola perkebunan organik. Walaupun banyak kendala yang dihadapi, setidaknya Lutfi telah tiga kali memanen hasil jerih payahnya dalam bercocok tanam sayur-sayuran. Hasilnya dinikmati bersama saudara dan tetangga, tujuannya agar mereka dapat membedakan kualitas sayur yang menggunakan pupuk organik dan sayur yang menggunakan pupuk kimia. Membagikan hasil perkebunan organiknya sebagai sebuah upaya untuk “meracuni” warga agar mereka kembali menggunakan pupuk organik sebagai penyubur tanaman karena terbukti dengan menggunakan pupuk organik hasilnya lebih berkualitas. (Red)

6 komentar:

  1. hasil panen yg besar bisa dijual ke supermarket yg biasane jual sayuran organik kui..
    like this..
    salam n salut buat mas upik ndupik..smoga yg laen ketularan..
    -AMR-

    BalasHapus
  2. Ok. Thanks atas kunjungan serta infonya...

    BalasHapus
  3. hohohoho.....ternyata sekarang malah tak tinggal pergi.
    kebunq sayang...kebunq malang.....
    tunggu q pulang..............................hiks hiks

    BalasHapus
  4. Yang penting tanamannya dipamiti mas....

    BalasHapus
  5. Sayur tanpa pupuk kimia lebih baik. Tetap semangat

    BalasHapus

Postingan Unggulan

Home Industri Rambak Kulit Cap Janur

Pak Bardi (IJW Doc). IJW-Sabtu (7/8/2021) penulis berkesempatan mengunjungi rumah Pak Bardi, pelaku home industri atau pelaku usaha rumahan ...